Followers

nuffnang

Friday, 5 February 2010

usaha batin

USAHA BATIN


Usaha batin, ialah mendapatkan hidayah, iman dan taqwa. Di antara sifat-sifat orang yang sudah mendapat hidayah, iman dan taqwa itu ialah dia sangat yakin bahawa rezeki itu dari Tuhan. Tuhanlah yang menjamin rezeki itu bukan krna usaha syariat yang Tuhan suruh itu. Berikut ini adalah kisah seorang hamba Allah yang ingin membuktikan betapa keyakinan yang kuat bahawa Tuhanlah yang memberi rezeki itu adalah usaha batin yang sangat besar. Tuhan sangat menyukai hamba-hamba yang mengusahakan usaha batin atau usaha taqwa ini. Allah berjanji, "Barangsiapa yang bertaqwa, rezekinya dijamin Allah yang tidak diketahui dari mana sumber datangnya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. " (Ath Thalaaq:3) Imam Zahid, seorang hamba Allah yang bertaqwa, yakin betul bahwa Tuhan lah sumber rezeki. Ia pergi ke sebuah bukit di padang pasir yang tandus tanpa membawa bekalan makanan walau sedikit pun. Dia juga tidak membawa alat-alat berburu atau alat-alat lain untuk mencari dan menyiapkan makanan. Tempat itu sangat terpencil, jauh dari keramaian. Di sana hanya dia, tidak ada manusia lainnya. Imam Zahid duduk di mulut sebuah gua di lereng bukit itu. Di situlah dia solat, tidur atau duduk sambil berzikir. “Jika Allah memang masih mahu memberiku rezeki, akan datang juga rezeki kepadaku sekalipun aku berada ditempat yang sunyi ini”, kata Imam Zahid.

Tempat itu memang benar-benar sunyi. Tidak ada orang di kampungnya yang pernah sampai kesana kecuali Imam Zahid. Sepanjang hari Imam Zahid hanya solat wajib dan solat sunat, duduk berzikir dan berfikir tentang kebesaran dan kehebatan Tuhan. Bila terasa mengantuk diapun tidur di situ. Dia tidak berusaha sedikit pun untuk mencari buah-buahan atau berburu binatang untuk dimakan. Dia menyerahkan seluruh urusan rezekinya kepada Tuhan dengan seyakin-yakinnya. Dua hari dua malam Imam Zahid berada di situ tapi tidak ada apa-apa yang berlaku. Perutnya mulai terasa lapar. Kerongkongannya mulai panas kerana kehausan. Tapi Imam Zahid tetap bertahan, dia tetap tawakkal kepada Tuhan. Sesekali terlintas dalam fikirannya, “Tawakkal..tawakkal juga, tapi kita mesti berusaha. Bukankah Tuhan juga suruh kita berusaha” Imam Zahid segera menepis lintasan fikiran itu, “Tidak… aku mau menguji keyakinanku bahwa Tuhan Maha Memberi Rezeki walaupun aku tidak berusaha mencari rezeki itu sedikitpun” Syaitan pula membisikkan, “Ya… betul itu. Tapi kamu mesti ingat Tuhan juga menyuruh kita bersyariat lahir, bukannya yakin saja” Imam Zahid menjawab godaan syaitan itu, “Ya… tapi Tuhan menyuruh berusaha bukan usaha lahir saja. Tuhan bahkan lebih suka dengan orang yang melakukan usaha batin. Sekarang ini aku sedang mengusahakan yang batin yaitu yakin sebenar-benarnya bahwa Tuhan itu Maha Memberi Rezeki” Syaitan berbisik lagi, “Iya, yakin dengan Tuhan itu memang wajib, tapi kita perlu usaha lahir sebagai sebab datangnya bantuan Tuhan itu” Imam Zahid menjawab bisikan itu, “Sudah..sudah…. jangan ganggu aku lagi. Aku sangat yakin pada janji Tuhan bahwa "Barangsiapa yang bertaqwa, rezekinya dijamin Tuhan yang tidak diketahui dari mana sumber datangnya". Bukankah jelas Tuhan memberitahu bahwa usaha kita tidak memberi kesan? Tuhan akan bantu kita mengikut cara yang Tuhan kehendaki, tidak semestinya melalui cara usaha kita” Begitulah beberapa hari berlaku pergolakan batin antara roh, akal, nafsu dan syaitan dalam diri Imam Zahid. Akhirnya ruh Imam Zahid menang.

Imam Zahid tetap yakin bahwa Tuhan itu Maha Memberi Rezeki. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba ada sebuah kafilah dagang tersesat di perjalanan. Kafilah adalah rombongan orang yang mengharungi padang pasir dengan mengendarai kuda dan unta. Kafilah ini terdiri dari para pedagang yang berniaga dari satu negeri ke negeri-negeri lain yang jauh. Kafilah yang tersesat itu berhenti di dekat gua. ‘’Ada orang yang mungkin boleh menunjukkan jalan bagi kita,’’kata pemimpin kafilah setelah melihat Imam Zahid duduk di depan mulut gua. Pemimpin kafilah itu lalu bertanya kepada Imam Zahid, ’’Wahai hamba Allah, tolong tunjukkan kami jalan.’’ Imam Zahid diam saja. Dia tetap duduk bersandar di mulut gua tidak bergerak dan memejamkan mata. Pemimpin kafilah mengulangi ucapannya. Imam Zahid sengaja diam saja. Pemimpin kafilah itu mengarahkan pembantunya, “Cuba kamu periksa, jangan-jangan dia sudah mati” Seseorang memeriksa nadi dan nafas Imam Zahid, “ Dia masih hidup, masih bernafas”, kata orang itu ‘’Kelihatannya orang ini kelaparan sampai-sampai tidak dapat berbicara. Beri dia makan!” kata pemimpin kafilah itu Orang-orang kafilah itu segera menyiapkan makanan dari bekal perjalanan mereka. “Makanlah, hai hamba Allah,” kata salah seorang dari kafilah itu. Ia meletakkan makanan di depan Imam Zahid Imam Zahid tetap tidak bergerak sedikitpun. “Mungkin dia lemah sekali, suapkan ke mulutnya”, kata pemimpin kafilah itu Pembantunya segera menyuapkan makanan ke mulut Imam Zahid. Tapi Imam Zahid tidak mahu membuka mulut. “Dia terlalu lemah, tidak mampu membuka mulut, giginya terkatup rapat”, kata pembantu itu “Kalau begitu, buka mulutnya, congkel giginya dengan pisau”, kata pemimpin kafilah itu Belum sempat pembantu itu mengambil pisau, tiba-tiba Imam Zahid membuka mata, tertawa terbahak-bahak sambil bergerak dan duduk tegak di mulut gua itu. “MasyaAllah! Subhanallah! Alhamdulillah! Allahu Akbar!” kata Imam Zahid. Kemudian dia sujud syukur beberapa ketika. Semua yang hadir keheranan.

Mereka melihat kelakuan Imam Zahid itu dengan penuh tanda tanya. Setelah itu Imam Zahid berkata kepada seluruh ahli kafilah itu, “ Saya sebenarnya sedang menguji keyakinan saya bahwa Tuhan Maha Memberi Rezeki”. Para ahli kafilah mendengar dengan penuh perhatian. “Saya sengaja bersembunyi di tempat terpencil ini. Sudah beberapa hari saya tinggal di mulut gua yang terpencil ini tanpa membawa bekalan makanan sedikitpun. Saya serahkan seluruh urusan rezeki saya kepada Tuhan. Apa yang saya lakukan hanyalah menyuburkan dan mempertahankan keyakinan bahwa Tuhan itu Maha Memberi Rezeki” Para ahli kafilah mengangguk-angguk, sebahagian dari mereka berbisik, “MasyaAllah” Imam Zahid meneruskan bicaranya, “Maha Besar Tuhan karena telah membuktikan bahwa Dia Maha Memberi Rezeki. Dia memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya walaupun hamba itu tidak berusaha secara lahir untuk mencari rezeki. Tuhan telah menghantar tuan-tuan semua untuk memberi rezeki kepada saya. Terima kasih Tuhan dan terima kasih tuan-tuan semua” Pemimpin kafilah itu berkata, “Kami juga berterima kasih kepada tuan karena menceritakan hikmah peristiwa ini. Kami juga mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berguna.” Imam Zahid makan dan minum bersama-sama dengan seluruh ahli kafilah itu. Setelah itu dia menunjukkan jalan keluar dari tempat terpencil itu agar kafilah itu dapat meneruskan perjalanan. Imam Zahid pula kembali ke kampung membawa hadiah dari kafilah itu sebagai oleh-oleh kepada keluarganya.

Imam Zahid sebenarnya adalah seorang ulama dan ahli perniagaan yang berjaya di kampungnya. Begitulah kisah Imam Zahid yang membuktikan bahawa usaha batin yaitu iman atau keyakinan sepenuhnya bahwa Tuhan Maha Memberi Rezeki itu sangat disukai oleh Tuhan. Tuhan menjamin rezeki hamba-hamba yang berkeyakinan kuat atau bertaqwa. Tuhan dapat memberi rezeki dari sumber yang tidak diduga darimana datangnya. Betapalah kalau orang yang bertaqwa itu juga melakukan usaha yang lahir yaitu membangun syariat Tuhan untuk berkhidmat kepada manusia yang lain, seperti berniaga, bertani, membantu kerja orang lain dan sebagainya. Orang bertaqwa dan gigih berusaha begitu tentu lebih lagi Tuhan sayang dan Tuhan jamin rezekinya. Kalau begitu, mengapa banyak orang termasuk umat Islam yang gigih berusaha berniaga, bertani, bekerja di pejabat dan lain-lain tetapi tetap miskin? Mengapa Tuhan tidak beri mereka rezeki secukupnya?

Itulah akibat kalau melakukan usaha lahir saja tetapi tidak diikuti dengan usaha batin yaitu iman dan taqwa. Tuhan sudah ingatkan bahwa usaha lahir itu tidak memberi kesan. Usaha lahir itu hanya perintah syariat supaya manusia berbuat baik kepada sesama manusia. Yang memberi kesan adalah Tuhan. Yang Maha Memberi Rezeki adalah Tuhan. Jadi, kalau kita hanya melakukan usaha syariat lahir saja maka kita akan dapat sekadar usaha yang dibuat itu. Bahkan kadang-kadang usaha lahir itu tidak dapat hasil atau dapat sedikit sebab usaha lahir itu terpaksa bersaing dengan orang lain, terpaksa rebutan. Semua manusia berebut tidak kira apakah dia Islam atau kafir. Yang direbut terbatas sedangkan yang merebutnya banyak orang, akhirnya siapa yang kuat dapat banyak yang lemah dapat sedikit. Tetapi, kalau kita mengusahakan yang batin yaitu iman dan taqwa Tuhan jamin dengan rezeki yang tidak diduga. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang Islam saja dan tidak ada rebutan. Oleh karena itu orang Islam yang mengusahakan iman dan taqwa pasti akan lebih berjaya daripada orang kafir dan orang-orang Islam yang tidak mengusahakan iman dan taqwa. Lebih baik lagi kalau orang Islam dapat mengusahakan iman dan taqwa bersamaan dengan usaha lahir untuk berkhidmat kepada sesama.

Tuhan akan lebih banyak lagi memberi bantuan kepada golongan ini sebagimana janji Tuhan dalam Al Quran: “Kalau satu penduduk atau satu kelompok manusia atau kampung beriman dan bertaqwa, niscaya kami (Tuhan) turunkan kepada mereka berkat dari langit dan bumi.” ( Al A’raaf:96) Contoh-contoh berkat dari langit ialah mendapat hidayah, taufik, ilmu, kasih sayang dari Tuhan, rasa takut dan cintakan Tuhan, rasa hebat dengan Tuhan dan lain-lain. Berkat dari bumi ialah benda lahir seperti rezeki makan minum, pakaian, tempat tinggal, duit dan lain-lain.

No comments: