Followers

nuffnang

Friday, 12 November 2010

Hukum Menetapkan Imam Mahdi

[ sambungan]

Imam Ibnu Aliah ada menyatakan yang terjemahannya kira-kira begini,
Maka adalah kepercayaan terhadap al-Mahdi itu tidak termasuk ke dalam pokok-pokok akidah dalam (mazhab) Ahlus Sunnah wal Jamaah.”
Demikian fatwa beliau seperti yang dilaporkan oleh Syeikh Ibrahim al-Baijuri di dalam kitab besarnya dalam ilmu tauhid yaitu Hasyiah Tuhfatul Murid ‘Ala Jauharatut Tauhid. Kitab ini telah diterima, dipelajari, diguna pakai dan diamalkan oleh seluruh umat Islam sejak dahulu hinggalah ke hari ini.
Imam Abu Hasan Al-Asyaari sendiri, pelopor mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, tidak pernah memasukkan kepercayaan kepada kedatangan Imam Mahdi sebagai sebagian daripada rukun iman atau sebagian daripada iman itu sendiri di dalam kitab besarnya, Al-Ibanah Fi Usulid Diyanah. Sebab itulah beliau tidak memasukkan langsung di dalam kitabnya itu tentang masalah Imam Mahdi ini sebagai sebagian daripada asas kepercayaan umat Islam.

Menurut akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Rukun Iman ada enam perkara. Tidak termasuk di dalamnya soal mempercayai Imam Mahdi. Jika kita rajin membaca, mempelajari dan mengkaji kitab-kitab tauhid karangan ulama-ulama besar Ahlus Sunnah, yang akan kita temui ialah bahwa, rukun iman yang kelima ialah percaya kepada hari kiamat, yang disebut juga sebagai hari akhirat, hari pembalasan, hari mahsyar dan seterusnya.
Dalam bab percaya kepada hari kiamat ini, kita mempercayai bahwa dunia ini akan kiamat, dihancurkan dan diganti dengan alam baru. Itu adalah asas akidah, maknanya wajib dipercayai dan diyakini. Kemudian, sebelum dihancurkan alam ini, akan ada terlebih dahulu tanda-tanda akan berlakunya kiamat. Tanda-tanda kiamat ini adalah cabang-cabang atau ranting-ranting daripada mempercayai hari kiamat tadi. Maknanya, mempercayai tanda-tanda kiamat bukan lagi merupakan rukun iman, tetapi berupa pelengkap sahaja, untuk menambahkan lagi keyakinan terhadap hari kiamat tadi. Jika tidak tahu mengenainya tidak akan sampai merusakkan iman kita.

Dalam mengetahui tanda-tanda kiamat itu, ada tanda-tanda besar dan ada pula tanda-tanda kecilnya. Tanda-tanda kecil kiamat atau lazim disebut tanda-tanda awal kiamat disebutkan dalam banyak hadis. Jika dihimpunkan semuanya, terdapat lebih dua ratus buah hadis yang menceritakan tanda-tanda kecil kiamat, dan sebagian besar daripadanya adalah hadis yang dikatakan bertaraf dhaif. Memang ada hadis yang bertaraf sahih dan banyak pula yang bertaraf hasan, yang menceritakan kepada kita tanda-tanda kiamat itu.
Tanda-tanda besar atau lazim disebut tanda-tanda hampir kiamat (isyratus sa’ah) seperti yang disebutkan oleh hadis-hadis, ada beberapa belas sahaja. Setelah selesai berlaku semua tanda besar kiamat itu, dunia ini akan dikiamatkan dan diganti dengan alam yang lain, yang lazim disebut Alam Mahsyar.
Di dalam beberapa belas tanda besar itu, terselit pula keterangan hadis mengenai seorang khalifah akhir zaman yang berasal daripada keturunan Nabi SAW yang akan memerintah dunia ini, sejurus sebelum kiamat sebenar tiba. Tiada pula keterangan yang menyatakan hal ini wajib diyakini dan dipercayai karena memang bukan merupakan rukun iman, tetapi penjelasan kepada perkara pokok sahaja.
Tidak ada satu keterangan pun, baik daripada hadis, ijmak ulama, qias dan sebagainya yang secara terang-terang mewajibkan seseorang itu mempercayai kedatangan Imam Mahdi. Daripada hadis-hadis yang sekian banyak yang menceritakan tentang Imam Mahdi, tidak sebuah pun yang menyatakan secara qat’ie bahwa umat Islam wajib mempercayai kedatangan Imam Mahdi itu.

Hanya ulama dari mazhab Syiah sahaja yang menjadikan kepercayaan kepada Imam Mahdi sebagai salah satu daripada rukun iman mereka. Maknanya tidak sempurna dan tidak sah iman mereka jika mereka tidak mempercayai dan meyakini Imam-imam mereka yang dua belas orang itu. Hal ini amat jelas di kalangan mereka terutamanya pengikut firqah Imamiah Ithna Asyariyah. Mazhab-mazhab lain di kalangan Ahlus Sunnah tidak diketahui pernah berbuat demikian.

Maknanya di sini, Nabi SAW sendiri pun tidak menyuruh umatnya mempercayai kedatangan Imam Mahdi. Nabi SAW sendiri tidak pernah mewajibkan umatnya meyakini persoalan Imam Mahdi. Berdasarkan hadis-hadis yang akan kita baca pada bagian seterusnya nanti, tidak ada walau sebuah hadis pun yang menyuruh kita meyakini persoalan Imam Mahdi, dengan satu keyakinan yang putus (qat’ie).
Kita juga tidak pernah diwajibkan mempercayai kedatangan Imam Mahdi berdasarkan apa yang tersurat di dalam hadis-hadis yang sekian banyak itu. Apa yang dapat kita fahamkan, hanya setelah munculnya Imam Mahdi itu  nanti, barulah kita yakni setiap umat Islam, wajib menerima dan meyakininya karena dia itu benar-benar Imam Mahdi seperti yang telah dijanjikan oleh hadis-hadis. Itu sahaja!

Berdasarkan daripada inilah para ulama yang bersikap sederhana tadi menetapkan bahwa mempercayai Imam Mahdi tidaklah sampai merusakkan akidah. Mereka juga menetapkan bahwa masalah mempercayai kedatangan Imam Mahdi adalah sebagian daripada masalah furuk dalam bab akidah, walaupun hadis-hadis mengenainya memang banyak.

Ada juga yang berpendapat, dibolehkan menolak kemunculan Imam Mahdi selagi tidak sampai menafikan hadis-hadis yang sudah sampai tarafnya kepada mutawatir atau sahih lizatih. Itulah batas-batas yang perlu diperhati dan diteliti sebelum membuat sebarang keputusan mengenainya.
Bagi yang mau meneliti dan mencari kebenaran hakiki dalam hal ini, banyaknya perselisihan pendapat mengenai Imam Mahdi menguatkan lagi keyakinan mereka bahwa soal ini adalah soal furuk. Jika tidak, sudah pastilah suatu ketetapan yang bersifat qat’ie sudah dikeluarkan oleh para ulama mengenai kedudukannya. Namun hingga kini, belum ada ketetapan khusus dibuat, dan para ulamanya semakin jauh jurang keyakinan mereka terhadap masalah Imam Mahdi ini.

Hal ini boleh sahaja berlaku dan terus akan berlaku sampai bila-bila. Hanya apabila Imam Mahdi yang sebenarnya muncul, barulah persoalan ini dikira muktamad. Tidak akan ada lagi perselisihan mengenai benar atau tidaknya, karena orang yang dipertikai dan diperselisihkan itu sudahpun muncul di depan mata. Selagi pribadi Imam Mahdi itu belum muncul, selagi itulah persoalan ini tidak akan selesai.

oleh: ust Hawari Abd Malik

No comments: