Harus kita akui, bahawa kita memang seringkali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yg ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan, perhatian kita kpdnya lebih banyak dan lebih intensif. Buktinya, kita selalu risau akan khabar pasangan kita, khuatir adakah dia sudah makan atau belum, takut adakah dia akan bahagia disisi kita?
Tapi, adakah kita juga pernah merisaukan khabar dari ibu dan ayah kita? Risau, adakah mereka sudah makan atau belum? Khuatir, adakah ibu dan ayah kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang kita praktikkan. Padahal mungkin sahaja dia dalam dakapan rasa sepi.
Di sini, mari sejenak kita cuba renungkan lagi. Bicara soal keadaan ibu dan ayah. Soal rasa sepi yg seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih ada kesempatan untuk membalas budi mereka, lakukan yg terbaik untuknya. Untuk ibu yg pengorbanannya tak terhingga. Agar jgn sampai ada kata “menyesal” di kemudian hari.
Rasa Sepi Ketika Bersendiri Membesarkan Anak-anaknya
Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yg merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anaknya. Kita, dan beberapa beradik kita mungkin saja hari ini semua telah menjadi org-org berjaya; berpendidikan tinggi, berpangkat tinggi, atau mengurus sebuah bisnes besar.
Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, di mana terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak nampak lelah dan penat mengurus dan membesarkan kita.
Seorang anak yg telah dewasa menuliskan masa kecilnya tatkala bersama ibunya, yg tidak pernah kenal erti lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana, bahkan utk makan saja, selalu kekurangan. Ketika sedang makan, ibunya seringkali memberikan bahagian nasinya utknya. Sambil memindahkan nasi ke pinggan anaknya, si ibu berkata, “Makanlah nak, aku tidak lapar.” Setelah dewasa, dia baru tersedar bahawa saat itu ibunya telah ‘berbohong’.
Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yg telah digariskan, ayah meninggalkan kami utk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yg malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga byk keluarga ibu yg menasihati ibu utk kembali menikah, tapi ibu yg menolaknya dengan mengatakan bahawa ia tidak perlu cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’,” tulisnya, meneruskan ceritanya.
Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yg penuh rasa sepi, dengan kesulitan yg terkadang belum boleh kita cerna saat itu, atau mungkin hari ini. Namun kita tidak pernah mencuba untuk mengingatnya, utk sekadar mengenang jasa manusia yg agung itu, yg telah memberikan segalanya utk kita.
Rasa sepi ketika ditinggalkan anak-anaknya merantau
setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan kerana itu kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua utk mencuba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau ke mana saja, utk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, dan sebagainya.
Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul dari relung hati seorang ibu. Anak yg sejak dari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, kerana hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.
Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai bila-bila. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melemparkan ingatannya ke masa-masa lalu yg indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yg menggores kesan indah di hatinya.
Rasa Sepi Ketika Anak-anaknya Telah Sukses dan Berdikari
Merantau mungkin awalnya hanya utk menimba ilmu dan pengalaman. Tapi seringkali di negeri orang, kita akhirnya menemukan kehidupan baru yg membuat kita harus bertahan. Di sana kita menemukan pekerjaan, profesi atau jabatan yg menjadikan kita tidak lagi bergantung kepada orang tua secara ekonomi. Atau mungkin kita telah menemukan pasangan hidup dan lalu membina keluarga sendiri, sehingga tidak lagi merasa perlu utk kembali dan hidup bersama orang tua di kampung halaman.
Keberhasilan dan kejayaan tentu selalu memberi perubahan, seperti perubahan pada keadaan kita yg sudah mampu hidup sendiri. Namun ibu yg mengantarkan kita kpd keberhasilan itu tetap dalam keadaannya yg dulu. Tak ada perubahan, kecuali fizikalnya yg kian lemah dan kulitnya yg semakin keriput. Sepi yg dulu dia rasakan, kini pun tidak jauh bezanya. Bahkan mungkin rasa sepi itu semakin bertambah, kerana kita semakin jarang mengunjunginya.
Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spiritual
Kejayaan..tetapi tentu bukan hal itu yg paling membahagiakan seorang ibu. Selain kejayaan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang soleh, berbakti dan berakhlak mulia, hidup dgn rukun satu sama lain. Itulah yg paling membahagiakan orang tua. Tak ada yg paling menyenangkan hatinya dan mententeramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih lagi ketika mereka telah berada di usia yg semakin senja; selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap menyenangkan setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.
Rasa sepi yg paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan kesolehan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yg menemani. Ketika berdoa tidak ada yang mengaminkan. Di waktu sakit tak ada yg mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak-anaknya.
Mari sejenak kita merenung di sini, adakah perempuan yg telah melahirkan kita itu, juga hidup dalam rasa sepi kerana orientasi hidup yg berbeza. Jangan merasa puas dengan hanya melihat senyumnya ketika kita menghadiahkan sebuah barang mahal, sebab boleh jadi dia merindukan sesuatu yg lebih sederhana tapi lebih berharga dari hadiah mahal yg kita berikan.
Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu
Kerana kita dan orang tua ditakdirkan lahir di generasi yg berbeza, menghuni zaman yg tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yg tak sama, terkadang memunculkan perbezaan-perbezaan yg membuat komunikasi orang tua dengan anak tak sefaham, kehendak yg tak seiring, dan fikiran yg tak sejalan.
Sejenak , mari kita bicara tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yg ia derita kerana kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari-harinya yg tersisa hanya diisi dengan lamunan. Jangan persingkat usianya dengan membiarkan rasa rindu yg tak kunjung terubati. Sekali lagi, mari kita bicara tentang keadaan ini, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita; ketika rasa sepi telah merenggut segalanya.
my mak..siti hawa binti din .^_^. |
“ Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”.. Amiin T_T
Courtesy from Tarbawi..
http://www.halaqah-online.com/v3/index.php?option=com_content&view=article&id=1026:sepi-seorang-ibu&catid=37:kekeluargaan&Itemid=86
No comments:
Post a Comment